Minggu, 13 Maret 2016

MAKALAH
TEORI EKONOMI 2
PERMINTAAN – PENAWARAN AGREGAT, ANALISIS IS-LM








Disusun Oleh :
1.    Devi Nurlian Octavia          ( 12214827 )   
2.    Ekin Kurnia Islami T          ( 13214367 )
3.    Elfida Rani Anggraini        ( 13214491 )
4.    Olga Sudibyo                      ( 18214341 )
5.    Rico Tambunan                   ( 19214278 )
6.    Silka Calista Agnevia         ( 1A214274 )
7.    Syenia Kartika Sari            ( 1A214617 )
  
   Kelas :
  2EA30

   DOSEN PEMBIMBING :
NURUL HIDAYAH, SE., M.M


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
MENEJEMEN
2016-2017


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Penawaran-permintaan Agregat, Analisis IS-LM
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.  
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 


Bekasi, 14 Maret 2016

                                                                                                  Penulis 



















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2  Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3  Tujuan ............................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Permintaan Agregat 1 .................................................................................................... 5
       2.1.1 Pengertian Permintaan Agregat ............................................................................ 5         
       2.1.2  Kurva Permintaan Agregat .................................................................................. 6
2.2  Penawaran Agregat 1 ..................................................................................................... 8
       2.2.1 Pengertian Penawaran Agregat ............................................................................. 8
       2.2.2 Kurva Permintaan Agregat  .................................................................................. 8
2.3 Permintaan Agregat 2 ..................................................................................................... 10
       2.3.1 Model IS-LM ........................................................................................................ 10
       2.3.2 Pasar barang dan Kurva IS ................................................................................... 11
       2.3.3 Tingkat bunga, Investasi ....................................................................................... 17
       2.3.4 Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser KurvaIS................................................ 18
       2.3.5 Interprestasi Dana Taktis dari Kurva IS ............................................................... 19
       2.3.6 Pasar Uang dan Kurva LM.................................................................................... 21
       2.3.7 Bagaimana Kebijakan Moneter menggeser Kurva LM ......................................... 24
2.4 Penawaran Agregat 2 ...................................................................................................... 28
       2.4.1 Guncangan Penawaran agregat.............................................................................. 28
       2.4.2 Kebijakan Stabilisasi ............................................................................................. 30
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
Depresi Besar (Great Depression) menyebabkan banyak ekonom mempertanyakan keabsahan teori ekonomi klasik. Mereka percaya mereka perlu model baru untuk menjelaskan kemerosotan ekonomi yang dahsyat itu dan untuk menyarankan kebijakan pemerintah  yang bisa mengurangi kesulitan ekonomi yang masyarakat alami.
Pada 1936, John Maynard Keynes menulis The General Theory of Employment, Interest and Money. Di dalamnya, ia mengusulkan cara baru untuk menganalisis perekonomian, yang ia hadirkan sebagai alternatif dari teori klasik.
Keynes menyatakan permintaan agregat rendah bertanggung jawab atas rendahnya pendapatan dan tingginya pengangguran yang mencirikan kemerosotan ekonomi. Ia mengkritik teori bahwa hanya penawaran agregat yang menentukan pendapatan nasional.
Model Keynes” diartikan berbeda-beda oleh banyak orang. Hal yang berguna untuk memikirkan modelKeynes buku teks dasar sebagai perincian dan perluasan dari “teori klasik”. Perputaran uang variabel dan harga “kaku”-nya mencerminkan kepercayaan Keynes bahwa kelemahan model klasik berasal dari asumsi terlalu-ketat nya tentang perputaran konstan serta upah dan harga yang sangat fleksibel.  
Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi kelebihan produksi terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga akan turun, atau keduanya terjadi bersama-sama. Pertanyaannya adalah bagaimana mekanisme permintaan agregat dalam menentukan output atau income tersebut?
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan model-model permintaan agregat serta memberikan solusi grafik dan membahas perubahan dalam investasi dalam kegiatan ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Permintaan Agregat (AD) I
2.1.1    Pengertian Permintaan Agregat
Permintaan agregat(AD) adalah jumlah barang dan jasa yang akan dibeli oleh konsumen rumah tangga, perusahaan dan pemerintah, pada tingkat harga tertentu, jumlah pendapatan tertentu, serta variabel-variabel tertentu lainnya.
Unsur-unsur yang mendorong permintaan agregat antara lain: tingkat harga, jumlah pendapatan masyarakat, perkiraan situasi yang akan datang, sistem perpajakan, jumlah pengeluaran pemerintah dan sebagainya.
Kurva Permintaan Agregatif  ( Aggregate Demand Curve) adalah kurva yang menunjukkan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah pada setiap tingkat harga. ( N. Gregory Mankiw, 2004)
Kurva permintaan menunjukkan kuantitas keluaran yang diminta ( oleh suatu rumah tangga individual atau dalam suatu pasar tunggal ) pada setiap harga yang mungkin, cateris paribus. Dalam menggambarkan kurva permintaan, kita mengasumsikan bahwa harga – harga dan pendapatan tetap. Dari asumsi itu, menyusul bahwa salah satu alasan julah barang tertentu yang diminta turun bila harganya naik adalah bahwa harga – harga lain tidak naik.
Permintaan agregat turun bila tingkat harga naik karena lebih tingginya tingkat harga menyebabkan aiknya permintaan uang ( MD ), karena penawaran uang yang konstan, tingkat suku bungan akan naik untuk membangun kembali keseimbangan di pasar uang. Tingkat suku bunga tinggilah yang menyebabkan keluaran agregat turun.

2.1.2.   Kurva Permintaan
Yang menyebabkan  KURVA PERMINTAAN AGREGAT DAPAT BERGESER antara lain :
  1. Kebijakan Fiskal Ekspansif
  2. Kebijakan Fiskal Kontraktif
  3. Kebijakan Moneter Ekspansif
  4. Kebijakan Moneter Kontraktif
1.         Kebijakan Fiskal Ekspansif
G↑         → Kurva AD bergeser ke kanan
Tx net↓→ Kurva AD bergeser ke kanan
Kenaikan G menaikkan keluaran ( pendapatan ) agregat yang direncanakan, yang selanjutnya akan menyebabkan kenaikan keluaran pada masing – masing tingkat harga yang mungkin.
Penurunan T menyebabkan konsumsi naik. Konsumsi yang lebih tinggi selanjutnya menaikkan pengeluaran agregat yang direncanakan, yang menimbulkan kenaikan keluaran pada setiap harga yang mungkin.
2.         Kebijakan Fiskal Kontraktif
G↓           → kurva AD bergeser ke kiri.
Tx net↑  → kurva AD bergeser ke kiri.
3.         Kebijakan Moneter Ekspansif
Text Box: MS ↑ → Kurva AD bergeser ke kanan

Kenaikan ( pendapatan ) agregat, Y. MS menurunkan tingkat suku bunga, yang menaikkan investasi yang direncankan ( dan demikian pengeluaran angregat yang direncanakn ). Hasil akhirnya adalah kenikan keluaran pada masing – masing tingkat harga yang  mungkin sehingga menyebabkan kurva Ad0 bergeser.

4.         Kebijakan Moneter Kontraktif

MS ↓ → kurva AD bergeser ke kiri
 
 



2.2       Penawaran Agregat I
2.2.1.   Pengertian Penawaran Agregat
Penawaran agregat (AS) adalah jumlah output yang akan diproduksi dan dijual oleh kalangan bisnis pada harga yang berlaku, pada kapasitas produksi tertentu dan dengan biaya-biaya tertentu.Perusahaan-perusahaan berkeinginan berproduksi pada tingkat output potensial.  Namun, pada tingkat harga pengeluaran rendah, produsen akan menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah yang lebih kecil dari tingkat output potensial. Sebaliknya, pada tingkat harga dan pengeluaran tinggi, produsen akan menghasilkan barang dan jasa lebih besar dari output potensialnya untuk sementara.Penawaran agregat ditentukan oleh jumlah input atau faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan teknologi.
2.2.2.   Kurva Penawaran Agregat.
Menggambarkan hubungan antara harga yang akan dipasang oleh perusahaan dengan jumlah barang dan jasa yang akan mereka produksi dan mereka jual. Kurva penawaran agregat mempunyai kemiringan menanjak dari kiri bawah kekanan atas.
http://agsicentre.files.wordpress.com/2012/07/kurva-penawaran-agregat-jangka-panjang.jpg?w=593&h=346
b. Pada jangka pendek, kurva penawaran agregat relatif datar. Kenaikan harga sedikit walaupun permintaan akan barang dan jasa bertambah. Hal ini disebabkan tidak berubahnya faktor biaya tetap. Pada saat jumlah produksi melampui tingkat output potensial, harga yang ditawarkan miningkat tajam.
c. Pada jangka Panjang, kurva penawaran agregat bergerak vertikal dari bawah ke atas. Hal ini disebabkan semua biaya produksi akan menyesuaikan dengan perubahan tingkat harga.  Dalam keadaan seperti ini, produsen tidak lagi berkeinginan menambah jumlah produksi barang dan jasa
Kurva Penawaran Agregat dan Kurva Permintaan Agregat.
Dalam menggambarkan kurva penawaran agregat dan kurva permintaan agregat, sumbu mendatar adalah GNP Riel dan sumbu tegak Indeks Harga Konsumen (IHK). GNP Riel menggambarkan jumlah barang dan jasa, sedangkan IHK menggambarkan tingkat harga barang dan jasa secara keseluruhan.
http://agsicentre.files.wordpress.com/2012/07/kurve-permintaan-dan-penawaran.jpg?w=302&h=368
2.3       PERMINTAAN AGGREGAT II
John Maynard Keynes The General Theory Dari seluruh fluktuasi ekonomi dalam sejarah dunia, salah satu yang di anggap sebagai fluktuasi ekonomi yang besar, menyengsarakan, dan secara intelektual siknifikan adalah Depresi Besar ( Great Depression ) Pada Tahun 1930-an. Selama waktu ini, amerika serikat dan banyak Negara lain mengalami pengangguran massif dan penurunan pendapatan yang sangat besar. Pada tahun yang terburuk, 1933,seperempat dari angkatan kerja AS menganggur, GDP riil 30 persen di bawah tingkat GPD tahun 1929.
            Pada tahun 1936, ekonomi inggris John Maynard Keynes melakukan revolusi terhadap ilmu ekonomi melalui bukunya The General Theory Of Employment, Interest, and Money. Keynes menawarkan cara baru untuk menganalisis perekonomian, yang ia tunjukan sebagai alternative terhadap ekonomi klasik. Visinya tentang bagaimana perekonomian bekerja dengan cepat menjadi pusat kontroversi. Tetapi, ketika ekonomi memperdebatkan The General Theory, pemahaman baru tentang fluktuasi ekonomi pelan – pelan berkembang.
            Keynes menyatakan bahwa permintaan aggregate yang rendah bertanggung jawab terhadap rendahnya pendapatan dan tingginya pengangguran yang menjadi karakteristik kemerosotan ekonomi. Ia mengkritik teori klasik karena mengasumsikan bahwa hanya penawaran aggregate-modal, tenaga kerja,dan tegnologi yang menentukan pendapatan nasional. Para ekonomi dewasa ini menggabungkan kedua pandangan ini dengan model permintaan aggregate dan penawaran aggregat yang di perkenalkan pada bab 9. Dalam jangka panjang, harga adalah fleksibel, dan penawaran aggregate menentukan pendapatan. Tetapi dalam jangka pendek, harga adalah kaku, sehingga perubahan dalam permitaan aggregate mempengaruhi pendapatan.
2.3.1    Model IS-LM
Model permintaan aggregate yang dikembangkan dalam bab ini, disebut model IS-LM, adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model tersebut adalah menunjukan apa yang menentukan pendapatan nasional untuk tingkat harga tertentu. Ada dua cara untuk memandang masalah masalah ini. Kita bisa memandang model IS-LM sebagai yang menunjukan apa yang menyebabkan pendapatan berubah dalam jangka pendek ketika tingkat harga tetap. Atau kita bisa memandangsebagai model menunjukan apa yang menyebabkan kurva permintaan aggregat bergeser. Kedua pandangan dari model ini adalah ekuivalen: sebagaimana di tunjukan pada gambar 10-1, dalam jangka pendek ketika tingkat harga tetap, pergeseran dalam kurva permintaan aggregat menyebabkan perubahaan dalam pendapatan nasional.
            Dua bagian dari model IS-LM adalah Kurva IS dan kurva LM. IS menyatakan “investasi” dan “tabungan,” dan kurva menyatakan apa yang terjadi pada pasar barang dan jasa. LM menyatakan “likuiditas” dan “uang” dan Kurva LM menunjukan apa yang terjadi pada penawaran dan permintaan terhadap uang. Karena mempengaruhi investasi dan permintaan uang, tingkat bunga merupakan variabel yang menghubungkan kedua bagian dari model IS-LM. Model tersebut menunjukan bagaimana interaksi di antara pasar-pasar ini menentukan posisi dan kemiringan kurva permintaan aggregat dank arena itu, tingkat pendapatan nasional dalam jangka pendek.
2.3.2    Pasar Barang dan Kurva IS
            Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa. Untuk mengembangkan hubungan ini, kita mulai dari model dasar yang di sebut perpotongan Keynesian ( Keynesian cross ). Model ini adalah interpretasi paling mudah dari teori pendapatan nasional Keynes dan merupakan kerangkauntuk model IS-LM yang lebih komplek dan realistis
Perpotongan Keynesian
Dalam The General Theory Keynes menyataka bahwa pendapatan total perekonomian, dalam jangka pendek, sangat di tentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya, semakin banyak barang dan jasa yang bisa di jual perusahaan. Semakin banyak perusahaan menjual, semakin banyak output yang akan mereka produksi dan semakin banyak pekerja yang akan di karyakan. Jadi, masalah selama resesi dan depresi, menurut Keynes, adalah pengeluaran yang tidak tepat. Perpotongan Keynesian adalah sebuah upaya untuk memodelkan pandangan ini.
Pengeluaran yang di rencanakan
kita awali derivasi dari perpotongan Keynesian dengan menggambarkan perbedaan antara pengeluaran actual dan pengeluaran yang direncanakan. Pengeluaran actual ( actual expenditure ) adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang dan jasa. Pengeluaran actual sama dengan produk domestic Bruto (GDP). Pengeluaran yang direncanakan ( Planned expenditure ) adalah jumlah uang yang akan dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang dan jasa.
            Sekarang perhatikanlah determinan dari pengeluaran yang di rencanakan. Mengasumsikan bahwa perekonomian adalah tertutup, sehingga export adalah Nol, kita menulis pengeluaran yang di rencanakan sebagai jumlah konsumsi C, investasi yang di rencanakan I, dan pembelian pemerintah G:
            E = C + I + G
Untuk persamaan ini, kita tambahkan fungsi konsumsi
            C = C(Y – T).
Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan disposibel (Y – T), yang merupakan pendapatan total Y dikurang pajak T. untuk mempermudah masalah, sekarang kita anggap investasi yang direncanakan sebagai tetap secara eksogen:
            I = I
Kita asumsikan bahwa kebijakan fiscal-tingkat pembelian dan pajak pemerintah-adalah tetap:
            G = G
            T = T
Dengan mengkobinasikan lima persamaan ini, kita peroleh
            E = C(Y – T) + I + G.
Persamaan ini menunjukan bahwa pengeluaran yang direncanakan adalah fungsi pendapatan Y, tingkar investasi yang direncanakan I, dan variabel kebijakan fiscal G Dan T.
Gambar 10 -2 menunjukan pengeluaran yang direncakan sebagai fungsi dari tingkat pendapatan. Garis ini miring ke atas karena pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yg lebih tinggi dan dengan demikian, pengeluaran yang lebih tinggi. Kemiringan garis ini merupakan kecenderungan mengkonsumsi marjinal, MPC: yang menunjukan beberapa banyak pengeluaran yang direncanakan meningkat ketiak pendapatan menigkat sampai $1. Fungsi pengeluaran yang direncanakan ini adalah potongan pertama dari model yang disebut perpotongsn Keynesian.
Perekonomian dalam Keseimbangan
Bagian berikutnya dari perpotongan Keynesian adalah asumsi bahwa perekonomian berada dalam keseimbangan ( equilibrium ) ketika pengeluaran actual yang sama dgn pengeluaran yg direncanakan. Asumsi ini di dasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana orang2 telah di realisasikan, mereka tidak mempunyai alas an untuk mengubah apa yang mereka lakukan. Mengingat bahwa Y sbg GDP actual tidak hanya pendapatan total tetapi juga pengeluaran total atas barang dan jasa, kita bisa menulis kondisi keseimbangan ini.
Sebagai contoh, anggaplah perekonomian memiliki tingkat GDP pada tingkat yang lebih tinggi ketimbang tingkat keseimbangan, seperti tingkat Y, dlm gambar 10-4. Dalam kasus ini, pengeluaran yang direncanakan E, lebih kecil dari produksi Y, sehingga perusahaan menjual kurang dari yg mereka produksi. Perusahaan menambah barang2 yg tidak laku ke dalam persediaan mereka. Kenaikan dlm persediaan yg tidak direncanakan ini mendorong perusahaan untuk memberhentikan pekerja dan mengurangi produksi, dan tindakan ini akan menurunkan GDP. Proses akumulasi persediaan dan turunnya pendapatan Y turun pada tingkat keseimbangan.
Penyesuaian Keseimbangan dalam Perpotongan Keynesian
Jika perusahaan berproduksi pada tingkat Y, maka pengeluaran yang direncanakan E, akan mengurangi produksi, dan perusahaan akan mengakumulasi persediaan. Akumulasi persediaan ini akan mendorong perusahaan mengurangi produksi. Jika perusahaan berproduksi pada tingkat , maka pengeluaran yg direncanakan  akan melebihi produksi, dan perusahaan akan mengurangi persediaannya.
Kebijakan piskal dan pengganda: pembelian pemerintah
Perhatikan bagaimana perubahan-perubahan dlm pembelian pemerintah mempengaruhi perekonomian. Karena pembelian pemerintah adalah satu komponen pengeluaran, pembelian pemerintah yg lebih tinggi untuk semua tingkat pendapatan. Jika pembelian pemerintah naik sebesar ΔG, maka kurva pengeluaran yg direncanakan bergeser ke atas sebesar ΔG, seperti pada gambar 10-5. Keseimbangan ekonomi bergerak dari titik A ke titik B.
            Grafik ini menunjukan bahwa kenaikan dalam pembelian pemerintah semakin meningkatkan pendapatan. Yaitu, ΔY adalah lebih besar dari ΔG. Rasio ΔY/ ΔG disebut
Pengganda pembelian pemerintah

Gambar 10-5
 
government-purchases multiplier rasio ini menyatakan beberapa banyak pendapatan meningkat dlm menanggapi kenaikan $1 dlm pembelian pemerintah. Implikasi dari perpotongan Keynesian adalah bahwa pengganda pembelian-pemerintah lebih besar dari 1.
Kenaikan dalam pembelian pemerintah dalam perpotongan Keynesian
kenaikan dlm pembelian pemerintah sebesar ΔG meningkatkan pengeluaran yg direncanakan sebesarjumlah itu untuk tingkat pendapatan tertentu. Keseimbangan bergerak dari titik A ke titik B, dan pendapatan meningkat dari  ke . Ingatlah bahwa kenaikan dalam pendapatan melebihi kenaikan dalam pembelian pemeritah. Jadi, kebijakan piskal memiliki efek berantai terhadap pendapatan.
            Perubaha awal dalam pembelian Pemerintah                          =
            Perubahan pertama dalam Konsumsi                                      = MPC x ΔG
            Perubahan kedua dalam Konsumsi                                         = MP x ΔG
            Perubahan ketiga dalam Konsumsi                                         = MP x ΔG
Penggandaan pembelian pemerintah adalah
                        ΔY/ΔG = 1 + MPC + MP + MP + ….
Kebijakan fiscal dan pengganda pajak.
Sekarang mari kita perhatikan bagaimana perubahan pejak mempengaruhi keseimbangan pendapatan. Penurunan dalam pajak sebesar ΔT secara langsung akan menaikkan konsumsi sebesar MPC x ΔT. Pada setiap tingkat pendapatan Y, pengeluaran yg di rencanakan sekarang akan lebih tinggi. Seperti di perlihatkan oleh gambar 10-6, kurva pengeluaran yg di rencanakan bergeser ke atas sebesar MPC x ΔT. Keseimbangan ekonomi bergerak dari titik A ke titik B.
            Sebagaimana kenaikan dlm pembelian pemerintah memiliki efek berantai pada pendapatan, begitu pula pengurangan pajak. Sebagaimana sebelumnya, perubahan awal dalam pengeluaran, sekarang MPC x ΔT, digandakan dgn 1(1 – MPC). Dampak keseluruhan pada pendapatan dari perubahan pajak tsb adalah.
                         ΔY/ ΔT = - MPC/(1-MPC).
Persamaaan ini adalah pengganda pajak ( tax multiplier), jumlah perubahan pendapatan yg di sebabkan perubahan dlm pajak. Misalnya, jika kecenderungan mengkonsumsi marjinal adalah 0,6, maka pengganda pajak adalah
                        ΔY/ ΔT = -0,6/(1 – 0,6) = -1,5.
Dalam contoh ini pemotongan pajak sebesar $1,00 meningkatkan pendapatan keseimbangan sebesar $1,.

2.3.3    Tingkat bunga, Investasi, dan Kurva IS
Perpotongan Keynesian adalah satu-satunya batu loncatan di atas jalan menuju model IS-LM. Perpotongan Keynesian berguna karena menunjukan bagaimana rencana pengeluaran rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah menentukan pendapatan perekonomian. Tetapi perpotongnan Keynesian membuat asumsi yang menyederhanaka bahwa tingkat investasi yg di rencanakan adalah tetap.
Untuk memasukan hubungan antara tingkat bungan dan investasi ini kedalam model, kita tulis investasi yg di rencanakan sbg
                        I = I(r).
Fungsi investasi ini di gambar dalam bagian (a) dari Gambar 10-7. Karena tingkat bunga adalah biaya dari utang untuk mendanai proyek-proyek investasi, kenaikan dalam tingkat bunga mengurangi investasi yg direncanakan. Akibatnya, investasi miring ke bawah.
            Untuk menentukan bagaimana pendapatan berubah ketika tingkat bunga berubah, kita bisa mengkobinasikan fungsi investasi dgn diagram perpotongan Keynesian. Karena investasi berhubungan terbalik dengan tingkat bunga, kenaikan tingkat bunga dari  ke   mengurangi dari jumlah investasi dari I () ke ). Pengurangn investasi yg di rencanakan ke bawah, sebagaimana dalam bagian (b) dari gambar 10-7. Pergeseran dalam fungsi pengeluaran yg di rencanakan menyebabkan tingkat pendapatan turun dari  Ke . Dengan demikian, kenaikan dalam tingkat bunga mengurangi pendapatan.
Kurva IS, ditunjukkan dalam bagian (c) dari gambar 10-7, meringkas hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan ini. Esensinya, kurva IS mengkombinasikan interaksi antara r dan I  yg ditunjukkan fungsi investasi dan interaksi antara I dan Y yang di tunjukkan oleh perpotongan  Keynesian. Karena kenaikan dalam tingkat bungan menyebabkan investasi yg direncanakan turun, yg sebaiknya menyebabkan pendapatan turun, kurva IS mirirng ke bawah.




2.3.4    Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser Kurva IS
Kurva IS menunjukkan pada kita, untuk tingkat bunga tertentu, tingkat pendapatan yg mendorong pasar barang menuju keseimbangan. Sebagaimana kita pelajari dari perpotongan Keynesian, tingkat pendapatan juga tergantung pada kenijakan Fisikal. Kurva IS di gambarkan untuk kebijakan fiscal tertentu; yaitu, ketika kita membangun kurva IS, kita mempertahankan G dan T tetap. Ketika kebijakan fiscal berubah, kurva IS bergeser.
            Gambit 10-8 menggunakan perpotongan Keynesian Untuk menunjukkan bagaimana kenaikan dalam pembelian pemerintah dari  ke  menggeser kurva IS. Gambar ini disajikan untuk tingkat bunga tertentu  dan dengan demikian untuk tingkat investasi yg direncanakan. Perpotongan Keynesian menunjukkan bahwa perubahan kebijakan fiscal ini meningkatkan pendapatan keseimbangan dari  ke . Karena itu, kenaikan dalam pembelian pemerintah menggeser kurva IS keluar.
Kita bisa menggunakan perpotongan Keynesian utk melihat bagaimana perubahan-perubahan lain dalam kebijakan fiscal menggeser kurva IS. Karena penurunan dalam pajak juga memperbesar pengeluaran dan pendapatan, ia juga menggeser kurva IS keluar. Penurunan dalam pembelian pemerintah atau kenaikan dalam pajak mengurangi pendapatan, karena itu, perubahan dalam kebijakan fiscal menggeser kurva IS kedalam.
2.3.5    Interprestasi Dana Taktis dari Kurva IS
Ketika kita pertama kali mempelajari pasar untuk barang dan jasa, kita menyatakan kesamaan ( equivalence ) antara penawaran dan permintaan terhadap barang dan jasa, serta penawaran dan permintaan dana yg dapat di pinjam atau dana taktis ( loanable fund). Kesamaan ini memberikan cara lain untuk menginterpratasikan kurva IS.
            Ingatlah bahwa identitas pos pendapatan nasional bisa sbg
                                    Y – C – G = I
                                                S = I.
Sisi kiri dari persamaan ini adalah tabungan nasional, dan sisi kanannya adalah investasi. Tabungan nasional menunjukkan penawaran dari dana taktis, dan investasi menujukkan permintaan terhadapa dana ini.
            Untuk melihat bagaimana pasar untuk dana taktis mempreduksi kurva IS, gantilah fungsi konsumsi untuk C dan fungsi investasi untuk I:
                                    Y – C(Y – T) – G =I(r).
Sisi kiri dari persamaan ini menunjukkan bahwa penawaran dana taktis tergantung pada pendapatan dan kebijakan fiscal. Sisi kanannya menunjukkan bahwa permintaan terhadap dana taktis tergantung pada tingkat bunga. Tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap pinjaman.
            Interprestasi alternative dari kurva IS ini juga menjelaskan mengapa perubahan dalam kebijakan fiscal menggeser kurva IS. Kenaikan dalam pembelian pemerintah atau penurunan dalam pajak mengurangi tabungan nasional untuk tingkat pendapatan tertentu. Menurunnya penawaran dana taktis meningkatkan tingkat bunga yang menyeimbangkan pasar. Karena tingkat bunga lebih tinggi untuk tingkat pendapatan tertentu, kurva IS bergeser ke atas dalam menanggapi perubahan ekspansif dalam kebijakan fiscal.
       Akhirnya ingatlah bahwa kurva IS tidak menentukan pendapatan atau tingkat bunga. Kurva IS adalah hubungan antara Y dan r yg muncul dalam pasar barang dan jasa atau pasar dana taktis. Untuk menentukan keseimbangan perekonomian, kita membutuhkan hubungan lain diantara kedua variabel ini, yang akan kita bahas berikut ini.
2.3.6    Pasar Uang dan Kurva LM
Kurva LM menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yg muncul di pasar uang. Untuk memahami hubungan ini, kita mulai dengan melihat teori tingkat bungan, yg disebut teori preferensi likuiditas ( theory of liquidity preference).
Teori Preferensi Likuiditas
Dalam buku klasiknya The General Theory, Keynes menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat ditentukan dalam jangka pendek. Penjelasan itu di sebut teori preferensi likuiditas, karena teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawarandan permintaan untuk asset perekonomian yg paling liquid-uang. Sebagaimana perpotongan Keynesian merupakan kerangka untuk kurva IS, teori preferensi likuiditas adalah kerangka untuk kurva LM.
            Untuk mengembangkan kerangka ini, kita mulai dari penawaran dari keseimbangan uang riil. Jika M menyatakan penawaran uang dan P menyatakan tingkat harga,
maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan uang riil. Teori preferensi likuiditas mengasumsikan  adanya penawaran uang riil tetap. Yaitu,
                                                (M/P = /.
Penawaran uang M adalah variabel kebijakan eksogen yg di pilih oleh bank sentral, seperti bank sentral Amerika (Fed). Tingkat harga P juga merupakan variabel eksogen dalam model ini. (Kita menganggap tingkat harga adalah tertentu (given) karena model IS-LM-tujuan akhir dari bab ini menjelaskan jangka pendek ketika tingkat tetap dan biasanya, tidak tergantung pada tingkat bunga. Jadi, ketika kita dapatkan kurva penawaran vertical.
            Selanjutnya, perhatikanlah permintaan terhadap keseimbangan uang riil. Teori likuiditas menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu determinan dari beberapa banyak uang yang ingin dipegang orang. Alasannya adalah bahwa tingkat bunga merupakan biaya oportunitas (opportunity cost) dari memegang uang: biaya yang harus anda tanggung karena memegang sebagian asset anda dalam bentuk uang. Ketika tingkat bunga naik, orang-orang hanya ingin memegang lebih sedikit uang. Jadi, kita bisa menulis permintaan terhadap keseimbangan uang riil sebagai
                                                            (M/P) d= L(r),
Dimana fungsi L( ) menunjukkan bahwa jumlah uang yang diminta tergantung pada tingkat bunga. Jadi, permintaan dalam Gambar 10-10 miring ke bawah karena tingkat bunga yang lebih tinggi mengurangi jumlah keseimbangan uang riil yang diinginkan.5
Menurut teori preferensi likuiditas, penawaran dan permintaan akan keseimbangan uang riil menentukan tingkat bunga yang akan muncul di perekonomian. Yaitu tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan pasar uang. Seperti terlihat pada gambar, pada tingkat bunga ekuilibrium, jumlah keseimbangan uang riil yang diminta sama dengan jumlah penawarnnya.
Setelah kita mengubah bagaimana tingkat bunga ditentukan, kita bisa menggunkan teori prefensi likuiditas untuk menunjukkan bagaimana tingkat bunga menanggapi perubahan jumlah uang beredar. Anggaplah bahwa Fed tiba-tiba mengurangi jumlah uang beredar. Penurunan dalam M mengurangi M/P , karena P adalah tetap dalam model. Penawaran keseimbangan uang riil bergeser ke kiri, karena P adalah tetap dalam model. Penawaran keseimbangan uang riil bergeser ke kiri, sebagaimana terlihat dalam Gambar 10-11. Tingkat bunga ekuilibrium naik dari r1 ke r2, dan tingkat bunga yang lebih tinggi membuat orang-orang merasa puas untuk memegang jumlah uang beredar. Jadi menurut teori prefensi Likuiditas, penurunan jumlah uang beredar menaikan tingkat bunga, dan kenaikan uang beredar menurun tingkat bunga.
Pendapatan, Permintaan Uang, dan Kurva LM
Setelah mengembangkan teori preferensi likuiditas penjelasan atau apa yang menetukan tingkat bunga, kita bisa menggunakan teori tersebut untuk menderivasi kurva LM. Kita mulai dengan mempertimbangka pertanyaan berikut. Bagaimana pengaruh perubahan tingkat pendapatan perekonomian Y terhadap keseimbangan uang riil? Jawabannya (yang seharusnya sudah diketahui dari Bab 4) adalah bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi permintaan terhadap uang. Ketika pendapatan tinggi, pengeluaran juga tinggi, sehingga orang terlibat dalam lebih banyak transaksi yang mensyaratkan penggunaan uang. Jadi, pendapatan yang lebih besar menunjukkan permintaan uang yang lebih besar. Kita bisa menyatakan gagasan ini dengan menulis fungsi permintaan uang sebagai
                                                (M/P)3 = L(r, Y).
Kuantitas keseimbangan uang riil yang diminta berhubungan negative dengan tingkat bunga dan berhubungan positif dengan pendapatan.
Dengan menggunakan teori preferensi likuiditas, kita bisa menggambarkan apa yang terjadi dengan tingkat bunga ekuilibrium ketika tingkat pendapatan berubah. Sebagai contoh, perhatikanlah apa yang terjadi pada Gambar 10-12 ketika pendapatan meningkat dari Y1
 ke Y2. Sebagaimana ditunjukkan pada bagian (a), kenaikan pendapatan ini menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Dengan penawaran keseimbangan uang riil tidak berubah, tingkat bunga hasrus naik dari r1 untuk menyeimbangkan pasar uang. Karena itu, menurut teori preferensi likuiditas, pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan tingkat bunga yang lebih tinggi. Kurva LM pada panel (b) Gambar 10-12 menerangkan hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat bunga.
2.3.7    Bagaimana Kebijakan Moneter Menggeser Kurva LM
Kurva LM menyatakan tingkat bunga yang menyeimbangkan pasar uang pada setiap tingkat pendapatan. Namun, seperti kita lihat sebelumnya, tingkat bunga ekilibrium juga tergantung pada penawaran keseimbangan uang riil, M/P. Ini berarti bahwa kurva LM gambar untuk pebnawaran keseimbangan uang riil tertentu. Jika keseimbangan uang riil berubah-misalnya, jika Fed mengubah jumlah uang beredar-kurva LM bergeser.
Kita bisa menggunakan teori proferensi lukuiditas untuk memahami bagaimana kebijakan moneter bergeser kurva LM. Anggaplah bawha Fed mengurangi jumlah uang beredar dari M, keM2, yang menyebabkan penawaran keseimbangan uang riik turun dari M,/ P ke M2 / P. gambar 10-13 menunjukkan apa yang terjadi. Dengan mempertahankan jumlah pendapatan dan kurva permintaan terhadap keseimbangan uang riil, kita melihat penurunan penawaran keseimbangan riil, kita melihat bahwa penurunan penawaran keseimbangan uang rill menaikkan tingkat bunga yang menyeimbangkan pasar uang. Jadi, penurunan jumlah uang beredar menggeser kurva LM ke atas.
Interpretasi Persamaan-Kuantitas dari Kurva LM
Ketika pertama kali membahas permintaan agregat dan faktor-faktor yang menentukan pendapatan dalam jangka pendek, kita menderivasi kurva permintaan agregat dari teori kuantitas uang. Kita menguraikan pasar uang dengan persamaan kuantitas.
MV = PY,
Dan di asumsikan bahwa perputaran uang V adalah konstan. Asumsi ini menunjukkan bahwa, untuk setiap tingkat harga P, jumlah uang beredar M dengan sendirinya menentukan tingkat pendapatan Y. karena tingkat pendapatan tidak tergantung pada tingkat bunga, maka teori kuantitas ekuivalen dengan kurva LM vertikal.
            Kita bisa menderivasi kurva LM yang berbentuk miring keatas secara lebih realities dari persamaan kuantitas dengan menghilangkan asumsusi bahwa perputaran uang adalah konstan. Asumsi perputaran uang yang konstan didasarkan pada asumsi bahwa permintaan terhadap keseimbangan uang riil hanya tergantung pada tingkat pendapatan. Namun, sebagai mana kita menyatakan diskusi tentang model preferensi-likuiditas, permintaan terhadap uang riil ini juga tergantung pada tingkat bunga: tingkat bunga yang lebih meningkatkan biaya memegan uang dan mengurangi permintaan uang. Ketika masyarakat menanggapi tingkat bunga yang lebih tinggi dan memegan lebih sedikit uang, setiap rupiah mereka pegang harus digunakan lebih sering mendukung volume transaksi tertentu-yaitu, perputaran uang harus naik. Kita bisa menulis ini sebagai
MV(R) = PY.
Funsi perputaran uang V(R) menunjukkan bahwa perputaran uang berhubungan positif dengan tingkat bunga.
            Bentuk persamaan kuantitas ini menghasilka kurva LM yang miring ke atas. Karena meningkatkan perputaran uang, kenaikan dalam tingkat bunga mendongkrak tingkat pendapatan untuk jumlah uang beredar dan tingkat harga apapun. Kurva LM  menunjukkan hubungan positif diantara tingkat bunga dan pendapatan.
            Persamaan ini juga menunjukkan mengapa jumlah peredaran uang menggeser kurva LM.Untuk setiap tingkat bunga dan tingkat harga, jumlah uang beredar dan tingkat pendapatan harus bergerak bersama-sama. Jadi, kenaikan jumlah uang beredar mengeser kurva LM ke kanan, dan penurunan jumlah uang beredar mengeser kurva LM  ke kiri.
            Iingatlah bahwa persamaan kuantitas hanyalah cara lain untuk menunjukkan teori yang berada di belakang kurva LM. Interpretasi teori-kuantitas dari kurva LM  ini secara substantive adalah sama seperti initerpretasi yang diberikan oleh teori proferensi likuiditas. Dalam kedua kasus, kurva LM  menunjukkan hubungan positif antara pendapatan dan tingkat bunga yang muncul dari pasar uang.
            Terakhir, ingatlah bahwa kurva LM  dengan sendirinya tidak menetukan pendapatan Yatau tingkat bunga r yang berlaku dalam perekonomian. Seperti kurva IS, kurva LM  hanya merupakan hubungan diantara kedua variable endogen ini. Untuk memahami keseimbangan perekonomian keseluruhan pada tingkat harga tertentu, kita harus memperhatikan keseimbangan pasar barang dan keseimbangan pasar uang. Karena itu, kita harus menggunakan kurva IS danLM bersama-sama.
10-3 Kesimpulan: Ekuilibrium Jangka-Pendek
Sekarang kita memiliki seluruh bagian dari model IS-LM. Dua persamaan dari model tersebut adalah
Y = C(Y - T) + I(r) + G    IS,
M / P = L (r, Y)                     LM.
Model tersebut menganggap kebijakan fisikal, dan T, kebijakan moneter M, dan tingkat hargaP sebagai variable oksigen. Bedasarkan variable- variable oksigen ini, IS memberikan kombinasi antara dan Y  yang memenuhi persamaan yang menunjukkan pasar uang. Kedua kurva ini ditampilkan bersama-sama dalam Gambar 10-16.
            Keseimbangan perekonomian adalah titik dimana kurva IS dan kurva LM berpotongan. Titik ini memberikan tingkat bunga dan tingkat pendapatan Y yang memnuhi kondisi untuk keseimbangan, baik dalam pasar barang maupun pasar uang. Dengan kata lain, pada potongan ini, pengeluaran actual sama dengan pengeluaran yang direncanakan, dan permintaan terhadap keseimbangan uang riil  sama dengan penawarannya.
Dalam meringkas bab ini, ingatlah bahwa tujuan akhir kita dalam mengembangkan modelIS- LM adalah untuk menganalisis fluktuasi jangka pendek dalam aktivitas perekonomian. Gambar 10-17 menunjukkan bagaimana bagaian-bagian yang berbeda dari teori kita berkaitan.
Pada bab ini kita mengembangkan perpotongan Keynesian dan teori preferensi likuiditas sebagai kerangka untuk model IS-LM. Sebagaimana akan kita kaji lebih lengkap pada bab berikutnya, model IS-LM  membantu menjelaskan posisi dan kemiringan kurva permintaan agregat, pada akhirnya adalah bagian dari model penawaran agregat dan permintaan agregat, dan digunakan para ekonom untuk menjelaskan dampak perubahan kebijakan dalam jangka pendek dan pristiwa-pristiwa lain yang berkaitan dengan pendapatan  nasional.
2.4       Penawaran agregat II
Penawaran agregat (aggregate supply) Adalah hubungan antara jumlah barang dan jasa yang ditawarkan  dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga yang fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga yang kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat bergantung pada horizon waktu. Kita perlu membahas  dua penawaran agregat yang berbeda : kurva penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supply) LRAS dan kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply) SRAS. Kita juga perlu membahas bagaimana perekonomian melakukan transisi dari jangka pendek ke jangka panjang.

Dalam jangka panjang, kurva penawaran agregat berwujud vertical karena output di tentukan oleh jumlah modal dan tenaga kerja serta ketersediaan teknologi, tetapi tidak oleh tingkat harga. Karena itu, pergeseran permintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi tidak output atau kesempatan kerja.
Dalam jangka pendek, kurva penawaran agregat  adalah horizontal, karena upah dan harga kaku pada tingkat yang sudah  ditentukan sebelumnya. Karena itu, pergeseran dalam permintaan agregat mempengaruhi output dan kesempatan kerja.

2.4.1    Guncangan Permintaan agregat
Contoh dari guncangan  permintaan: peluncuran dan penyebarluasan kartu kredit. Karena merupakan cara yang lebih nyaman untuk melakukan pembelian daripada menggunakan uang tunai, kartu kredit mengurangi jumlah uang yang ingin dipegang orang.penurunan permintaan uang ini ekuivalen dengan kenaikan perputaran uang. Ketika setiap orang  memegang lebih sedikit uang, parameter permintaan uang k turun. Artinya, setiap dolar beralih dari tangan ke tangan dengan cepat, sehingga perputaran V(=1/k) meningkat.

Guncangan Penawaran agregat
Guncangan pada penawaran agregat, sebagaimana guncangan dalam permintaan agregat, dapat menyebabkan fluktasi ekonomi. Guncangan penawaran adalah guncangan pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa dan akibatnya, mempengaruhi harga yang dibebankan perusahaan kepada konsumen. Karena memiliki dampak yang langsung terhadap tingkat harga, guncangan penawaran kadang-kadang disebut guncangan harga. Berikut adalah beberapa contoh:
1.      Kenaikan agresivitas serikat pekerja. Ini mendorong kenaikan upah dan harga barang-barang yang diproduksi oleh pekerja serikat pekerja.
2.      Hama yang menghancurkan pertanian. penurunan penawaran makanan mendorong harga makanan naik.
3.      Organisasi kartel minyak internasional. Dengan membatasi persaingan, produsen minyak utama bisa meningkatkan harga minyak tanah.
4.      Undang-undang perlindungan lingkungan baru yang menuntut perusahaan mengurangi emisi polusinya. Perusahaan membebankan tambahan biaya pada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi.Seluruh peristiwa ini adalah guncangan penawaran yang memperburuk (adverse supply shock), yang berarti meningkatkan biaya dan harga. Guncanagan penawaran  yang menguntungkan, seperti bubarnya kartel minyak internasional, mengurangi biaya dan harga.

Peristiwa ini merupakan guncangan penawaran yang memperburuk (adverse supply shock), yang berarti meningkatkan biaya dan harga. Jika AD dipertahankan konstan, kurva SRAS bergeser ke atas: tingkat harga naik dan jumlah output turun di bawah tingkat alamiah. Peristiwa ini dikenal dengan istilah stagflasi, karena mengkombinasikan stagnasi (penurunan output) dengan inflasi (kenaikan harga).

2.      kebijakan yang mengendalikan permintaan agregat dalam hal ini menghadapi 2 pilihan yang sulit.
Opsi pertama adalah mempertahankan permintaan agregat konstan. Dalam kasus ini, output dan kesempatan kerja lebih rendah dari tingkat alamiah. Secara bertahap, harga akan turun untuk mencapai full employment pada tingkat harga lama. Tetapi akibat proses ini adalah resesi yang parah.
Opsi yang kedua adalah memperluas permintaan agregat untuk membawa perekonomian ke arah tingkat alami secara lebih cepat. Guncangan penawaran yang memperburuk (adverse supply shock) menggeser kurva SRAS ke atas, tetapi Bank Sentral mengakomodasi guncangan itu dengan meningkatkan AD, yang mengakibatkan tingkat harga yang lebih tinggi secara permanen, tetapi tidak ada perubahan output.
Seluruh peristiwa ini adalah guncangan penawaran yang memperburuk (adverse supply shock), yang berarti meningkatkan biaya dan harga. Guncangan penawaran yang menguntungkan, seperti kartel minyak internasional, mengurangi biaya dan harga.

2.4.2    KEBIJAKAN STABILISASI
1.      Lambannya implementasi dan dampak kebijakan
Para ekonomi membedakan dua kelambanan dalam pelaksaaan kebijakan stabilisasi tersebut :
a.         Kelambanan luar (outside lags) adalah waktu anatara tindakan kebijkan dan pengaruhnya terhadap perekonomian. Kelambanan ini muncul karena kebijakan yang dibuat tidak segera mempengaruhi pengeluaran, pendapatan, dan kesempat kerja
b.      Kelambanan dalam (inside lags) adalah waktu antara guncangan terhadap perekonomian dan tindakan kebijakan dalam menghadapinya. Kelambanan ini muncuk karena para pembuat kebijakan membutuhkan waktu untuk menyadari bahwa sebuah guncangan telah terjadi dan kemudian mengeluarkan kebijakan yang tepat..
Kelambanan dalam yang panjang adalah masalah sentral ketika kebijakan fiskal digunakan untuk stabilisasi ekonomi. Kebijakan moneter memiliki kelambanan akdalam yang jauh lebih pendek daripada kebijakan fiskal, karena bank sentral bisa memutuskan dan menerapkan perubahan kebijakan kurang dari sehari, tetapi kebijakan moneter memiliki kelambanan luar yang cukup besar.
2.      Sulitnya menentukan pendikator ramalan ekonomi
Salah satu yang digunakan para peramal (forecaster) untuk melihat ke depan adalah dengan indikator utama (leading indicator). Indikator utama adalah data seri yang biasa berfluktuasi terlebih dahulu dari suatu perekonomian. Penurdinunan besar dalam suatu indikator utama menandai akan terjadinya resesi dalam beberapa bulan ke depan. Cara lain yang digunakan para peramal adalah dengan model makroekonometrik, yang telah dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta untuk peramalan dan analisis kebijakan.
Seperti ramalan cuaca, ramalan ekonomi merupakan masukan penting bagi pembuat keputusan swasta dan publik. Eksekutif  bisnis mengandalkan ramalan ekonomi ketika memutuskan jumlah produksi dan besarnya investasi dalam pabrik serta peralatan.

Para pembuat kebijakan pemerintah juga mengandalkan ramalan ekonomi ketika mengeeembangkan kebijakan ekonomi. namun seperti halnya ramalan cuaca, ramalan ekonomi jauh lebih tepat.








BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan





















DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, Gregory. Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Erlangga
Nanga, Muana. Makroekonomi (teori, masalah, dan kebijakan). Edisi Perdana
www.permintaan_agregat.blogspot.com
www.wikipedia.com/penawaran.danpermintaan.html
www.google.com/kurve penawaran agregate_kurva permintaan agregate.html
sukirno,sadoma. Makro Ekonomi : Teori Pengantar Edisi ke III. PT. Rajagrafindo persada : Jakarta.
http://makalahku25.blogspot.co.id/2013/05/makalah-analisis-pasar-uang-lm-dan.html?m=1
http://yulhanrinto.blogspot.com/2013/01/analisis-is-lm.html?m=1
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-ekonomi-kurva-is-dan-kurva-lm.html
http://gioakram13.blogspot.co.id/2013/03/penerapan-analisis-pemula-is-lm.html
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=7Q3hVtPsDYPuugTUjr4Y#q=makalah+keseimbangan+pasar+barang+dan+kurva+is+dan+pasar+uang+dan+kurva+lm&start=30




Tidak ada komentar:

Posting Komentar